Lombok Barat, 7 Februari 2024 – Isu terorisme, radikalisme, dan intoleransi masih menjadi momok yang menghantui masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi ancaman ini, namun akar permasalahan yang kompleks membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif.
AKP I Gede Gumiarsana, Kasi Humas Polres Lombok Barat, Polda NTB, turut memberikan pandangannya terkait isu krusial ini. Menurut beliau, upaya menangkal terorisme, radikalisme, dan intoleransi harus dimulai dari akarnya, yaitu dengan mencegah penyebaran paham-paham tersebut di tengah masyarakat.
Pencegahan sebagai Kunci Utama
“Pencegahan adalah kunci utama dalam memberantas terorisme, radikalisme, dan intoleransi,” tegas AKP I Gede Gumiarsana. Beliau menekankan pentingnya upaya preventif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari tingkat keluarga, sekolah, hingga komunitas.
Peran Keluarga dalam Menanamkan Nilai-nilai Kebangsaan
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam membentuk karakter individu. Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman sejak dini.
“Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam bersikap toleran dan menghargai perbedaan,” ujar AKP I Gede Gumiarsana. Beliau juga mendorong orang tua untuk aktif mengawasi pergaulan anak-anak mereka, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, agar tidak terjerumus ke dalam lingkungan yang salah.
Pendidikan sebagai Benteng Pertahanan
Pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk generasi muda yang berwawasan luas, kritis, dan berakhlak mulia. Melalui pendidikan, nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman dapat ditanamkan secara sistematis.
AKP I Gede Gumiarsana menekankan pentingnya peran guru dan lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai tersebut kepada siswa. “Guru harus menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi siswa untuk menjadi pribadi yang toleran dan menghargai perbedaan,” ujarnya.
Kolaborasi Lintas Sektor
Upaya menangkal terorisme, radikalisme, dan intoleransi tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri. Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, melibatkan pemerintah, aparat keamanan, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, media, dan seluruh elemen masyarakat.
“Kita harus bersinergi dan bekerja sama untuk mencegah penyebaran paham-paham radikal,” kata AKP I Gede Gumiarsana. Beliau juga mengajak masyarakat untuk aktif melaporkan segala aktivitas yang mencurigakan kepada aparat keamanan.
Penguatan Moderasi Beragama
Moderasi beragama merupakan sikap tengah dalam beragama, yaitu tidak ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Penguatan moderasi beragama penting untuk mencegah terjadinya konflik dan kekerasan atas nama agama.
AKP I Gede Gumiarsana mendorong tokoh agama untuk berperan aktif dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan toleransi. “Tokoh agama memiliki pengaruh yang besar di masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus menjadi garda terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama,” ujarnya.
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi yang pesat dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian, toleransi, dan anti radikalisme. Namun, di sisi lain, teknologi informasi juga dapat disalahgunakan untuk menyebarkan paham-paham radikal.
AKP I Gede Gumiarsana mengingatkan masyarakat untuk bijak dalam menggunakan teknologi informasi. “Jangan mudah terpengaruh oleh informasi yang belum jelas kebenarannya. Selalu saring sebelum sharing,” pesannya.
Penanganan yang Humanis
Dalam menangani kasus terorisme, radikalisme, dan intoleransi, pendekatan humanis perlu dikedepankan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya stigmatisasi dan diskriminasi terhadap kelompok tertentu.
“Kita harus memperlakukan setiap individu dengan adil dan manusiawi, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau ras,” tegas AKP I Gede Gumiarsana.
Menangkal terorisme, radikalisme, dan intoleransi membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Pencegahan, pendidikan, kolaborasi, penguatan moderasi beragama, pemanfaatan teknologi informasi, dan penanganan yang humanis merupakan beberapa strategi kunci dalam memberantas paham-paham radikal.
“Kita semua memiliki peran dalam menjaga keamanan dan kerukunan bangsa. Mari kita bersama-sama bergandengan tangan untuk menciptakan Indonesia yang damai, toleran, dan berbhineka tunggal ika,